Raden Tumenggung Setia Pahlawan
Di bawah ini foto makam Pahlawan Nasional satu-satunya dari Provinsi Kalimantan Barat berasal dari Kabupaten Melawi.
Abdul Kadir Gelar Raden Temenggung Setia Pahlawan (lahir: Sintang,
Kalimantan Barat, 1771 -wafat: Tanjung Suka Dua, Melawi, 1875) adalah seorang
pahlawan nasional Indonesia dari Melawi. Pada tahun 1845, ia diangkat sebagai
Kepala Pemerintahan Melawi yang merupakan bagian dari Kerajaan Sintang. Sebagai
pejabat kerajaan ia mendapat gelar Raden Temenggung. Ia berhasil mengembangkan
potensi perekonomian wilayah ini dan mempersatukan suku Dayak dengan Melayu. Selain itu ia juga berjuang menentang Belanda yang ingin menguasai wilayah ini.
Tahun 1999 diangkat sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden
nomer 114 / TK / 1999 tanggal 13 - 10 - 1999[1].
Asal Usul
Abdul Kadir Raden Tumenggung
Setia Pahlawan lahir di Sintang, Kalimantan Barat pada tahun 1771 Masehi.
Ayahnya bernama Oerip dan ibunya bernama Siti Safriyah. Ayah Abdul Kadir
bekerja sebagai hulubalang atau pemimpin pasukan kerajaan Sintang.
Masa Muda
Abdul Kadir sudah mengabdi
sebagai pegawai kerajaan Sintang pada saat usianya masih sangat muda. Selama
mengabdi di kerajaan Sintang, ia mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Ia
pernah mendapat tugas dari Raja Sintang untuk mengamankan kerajaan Sintang dari
gangguan pengacau dan perampok. Tugas tersebut dapat dilaksanakannya dengan
baik.Abdul Kadir kemudian diangkat menjadi pembantu ayahnya yang menjabat
sebagai Kepala Pemerintahan kawasan Melawi. Setelah ayahnya wafat, pada tahun 1845,
ia diangkat sebagai kepala pemerintahan Melawi menggantikan kedudukan ayahnya.
Karena jabatannya itu Abdul Kadir mendapatkan gelar Raden Tumenggung yang
diberikan oleh Raja Sintang.
Perjuangan
Dalam perjuangannya, ia berhasil
mempersatukan suku-suku Dayak dengan Melayu serta dapat mengembangkan potensi
ekonomi daerah Melawi. Namun demikian, ia juga berjuang keras menghadapi ambisi
Belanda-datang di Sintang pada tahun 1820 yang ingin memperluas wilayah
kekuasaannya ke daerah Melawi. Dalam menghadapi Belanda, ia memakai strategi
peran ganda, yaitu sebagai pejabat pemerintah Melawi
ia tetap bersikap setia pada Raja Sintang yang berarti setia pula pada
pemerintahan Belanda. Tetapi secara diam-diam ia juga menghimpun kekuatan
rakyat untuk melawan Belanda. Ia membentuk kesatuan-kesatuan bersenjata di
daerah Melawi dan sekitarnya untuk menghadapi pasukan Belanda. Pada tahun 1866,
Belanda memberikan hadiah uang dan gelar Setia Pahlawan kepada Abdul Kadir
Raden Tumenggung agar sikapnya melunak dan mau bekerjasama dengan Belanda. Namun
demikian Abdul Kadir tidak merubah sikap dan pendiriannya. Ia tetap melakukan
persiapan untuk melawan pemerintahan Belanda. Pada akhirnya di daerah Melawi
sering terjadi gangguan keamanan terhadap Belanda yang dilakukan oleh pengikut Abdul
Kadir Raden Tumenggung. Pada tahun 1868, Belanda yang marah akibat sering
mendapat gangguan keamanan kemudian melancarkan operasi militer ke daerah
Melawi. Pertempuranpun tidak bisa dihindari antara pasukan Belanda melawan
pengikut Abdul Kadir Raden Tumenggung. Dalam menghadapi Belanda, Abdul Kadir
tidak memimpin pertempuran secara langsung, melainkan ia hanya mengatur strategi
perlawanan. Sebagai kepala pemerintahan Melawi, ia bisa memperoleh berbagai
informasi tentang rencana-rencana operasi militer
pemerintah Belanda. Berkat informasi itulah, para pemimpin perlawanan dapat
mengacaukan operasi militer Belanda.
Akhir Hidup
Selama tujuh tahun (1868-1875)
Abdul Kadir Raden Tumenggung berhasil menerapkan strategi peran ganda, namun
akhirnya pemerintah Belanda mengetahuinya. Pada tahun 1875 ia ditangkap dan
dipenjarakan di benteng Saka Dua milik Belanda di Nanga Pinoh. Tiga minggu
kemudian ia meninggal dunia dalam usia 104 tahun. Jenasahnya dimakamkan di
Natali Mangguk Liang daerah Melawi. Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan
adalah satu satunya pahlawan yang meninggal dunia pada usia di atas 100 tahun.
Tokoh pejuang yang mampu menghimpun serta menggerakkan rakyat untuk melawan
Belanda. Pemikirannya untuk melawan penjajah Belanda menjadi contoh bagi
perlawanan rakyat selanjutnya. Atas jasa-jasanya dalam perjuangan menghadapi
penjajah Belanda, maka pada tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 114/TK/Tahun 1999 tertanggal 13 Oktober 1999,
pemerintah Indonesia menganugerahkan Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia
Pahlawan sebagai Pahlawan Nasional.
(Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Tumenggung_Setia_Pahlawan)
Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2013. Semoga semangat juang para pahlawan dapat memberikan motivasi kepada kita untuk memberikan kontribusi pada pembangunan negeri tercinta ini. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar